Rabu, 18 November 2009

IBD

Fakta dan Legenda Tangkuban Perahu
Ariana - Jakarta

Dear Zeverina dan KoKiers di manapun berada.

Taman wisata alam gunung Tangkuban Perahu berada pada ketinggian 1.830 meter di atas permukaan laut. Gunung Tangkuban Perahu yang terletak di Jawa Barat diperkirakan lahir lebih dari 100 ribu tahun yang lalu dan masih aktif hingga sekarang.

Pada awal bulan Juli 2008, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi taman wisata alam gunung Tangkuban Perahu. Sebenarnya saya telah mengunjungi obyek wisata ini berkali-kali sejak saya masih duduk di bangku SMP. Keindahan alam dan suasana sekitarnya yang membuat saya selalu ingin mengunjungi gunung Tangkuban Perahu setiap kali saya berlibur ke Bandung.

Perjalanan menuju ke gunung Tangkuban Perahu dari kota Bandung dengan mengendari mobil memakan waktu sekitar 30 – 45 menit, berada di daerah Lembang, Jawa Barat. Dengan membeli tiket seharga Rp. 12.500,- per orang, pengunjung dapat menikmati keindahan alam gunung Tangkuban Perahu.

Dari loket karcis sampai menuju ke lokasi wisata ditempuh dalam waktu sekitar 10 – 15 menit, sepanjang jalan dipenuhi oleh pohon karet yang tinggi. Pada saat saya sampai di sana sekitar pukul 16.00 WIB, matahari masih bersinar cerah, walaupun terdapat kabut tipis tampak pengunjung masih memadati daerah wisata sambil berfoto ria.

Kedatangan pengunjung disambut oleh selendang dan topi khas Tangkuban Perahu yang berwarna-warni indah serta topi dan tas bulu, aneka boneka kecil yang berwarna ceria.

Terdengar suara merdu dari angklung yang dimainkan oleh pedagang. Angklung termasuk salah satu alat musik tradisional Jawa Barat.

Harga souvernir yang ditawarkan berkisar antara Rp. 10.000 – Rp. 30.000,-.

Pedagang souvenir tersebut cukup ramah dan memperbolehkan saya untuk mengambil beberapa foto barang dagangannya.

Berhubung hari telah menjelang senja, tampak beberapa pedagang sedang merapihkan barang dagangannya.

Pedagang makanan dan minuman khas Bandung seperti tahu sumedang, jagung bakar, ketan bakar, sekoteng, wedang jahe juga ikut meramaikan obyek wisata ini.

Fakta Mengenai Gunung Tangkuban Perahu

Secara geologi, gunung Tangkuban Perahu merupakan gunung api yang aktif. Gunung api adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang kepundan tempat keluarnya magma dan atau fluida (air,uap,dan gas) ke permukaan bumi.

Magma adalah batuan cair yang terdapat di bawah permukaan bumi dengan suhu antar 900 derajat celcius hingga 1.100 derajat celcius, mengandung batuan, kristal dan fluida. Magma tersebut tidak akan diam pada tempatnya jauh di bawah sana. Jika tekanan gas dan suhu dikandungnya semakin tinggi magma dapat mendesak bergerak ke atas melalui suatu retakan atau celah batuan hingga mencapai permukaan bumi.

Ketika magma mencapai permukaan disebut erupsi atau letusan yaitu suatu aktivitas gunung api mengeluarkan material seperti lava, bongkah, batu, krikil, pasir dan abu panas. Material seperti lepas tersebut dikeluarkan melalui aliran seperti awan panas (wedus gembel). Pada kawah yang berair (danau kawah), bahan letusan yang dihasilkan dapat berupa material panas bercampur air yang disebut sebagai lahar panas. Proses tersebut serupa dengan sebotol minuman soda yang dikocok hingga sanggup menyembur. Erupsi tersebut menghasilkan atau meninggalkan suatu lubang besar yang dinamakan kawah.

Suatu gunung api dapat mengeluarkan bahan muntahan atau erupsi (letusan) lebih dari satu kali. Tiap erupsi akan mengendapkan satu atau lebih lapisan material batuan atau dapat disebut sebagai selang-seling endapan batuan yang mirip dengan lapisan kue. Lapisan tersebut dapat dilihat pada tebing berupa endapan lava dan endapan piroklastik. Lava adalah cairan magma yang keluar melalui rekahan ke permukaan bumi dan membeku, akhirnya membentuk batuan padat. Sementara piroklastik adalah mineral panas berukuran bongkah pasir hingga abu, dikeluarkan dikeluarkan melalui letusan atau aliran seperti hujan, abu, awan panas yang terendapkan disekitar gunung api.

Gunung Tangkuban Perahu masih aktif hingga sekarang ini. Aktif berarti masih adanya proses magma jauh di bawah permukaan bumi. Indikasi tersebut dapat diamati secara visual atau dipantau melalui instrumen kegiatan gunung api yang dapat diamati dipermukaan adalah keluarnya uap dan air panas yang mengandung gas, CO2, SO2, HC1, H, S, CO, yang dapat kita kenali dari baunya. Gas-gas tersebut dapat membahayakan, maka tidak boleh menuruni kawah Ratu.

Gunung ini dipantau dengan menggunakan seismograph setiap saat oleh petugas pos pengamatan gunung api. Jika kegiatan gunung api ini meningkat baik secara kegempaan visual atau kimia (gas) yang menandakan bahwa kemungkinan meningkatnya bahaya, maka petugas akan segera melaporkan kepada kantor pusatnya di Bandung (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) maupun Pemerintah Daerah setempat. Status gunung api tingkat bahaya Normal, Waspada, Siaga dan Awas ditentukan oleh kantor pusat dengan tujuan agar Pemda maupun masyarakat sekitar dapat berhati-hati. Pada tingkat waspada/siaga, lokasi rekreasi di sekitar kawah ditutup hingga kondisi menjadi normal, sehingga pengunjung dapat terhindar dari kemungkinan bahaya.

Keindahan gunung Tangkuban Perahu telah memikat hati seorang professor geologi berkebangsaan Belanda yang mengajar di jurusan geologi, Universitas Padjajaran, yaitu Prof. George Andrian de Neve. Beliau berwasiat agar abu jasadnya disemayamkan di Kawah Ratu.

Selain potensi abiotik, gunung Tangkuban Perahu juga banyak memiliki potensi biotik, seperti potensi flora dan fauna. Flora yang ada di gunung ini adalah Puspa (Schima Walichii), Saninten (Castanopsis Argentea), Kihujan (Engelhardia Rigida) dan faunanya adalah Macan Tutul (Panthera Pardus), Kijang (Muntiacus Muntjak) dan Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi). Gunung ini dikelola oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I. Kawasan ini merupakan cagar alam seluas 1.290 ha dan luas kawasan yang dapat dikunjungi wisatawan yaitu Taman Wisata Alam seluas 370 ha.

Legenda Sangkuring dan Dayang Sumbi

Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan di Jawa Barat hidupnya seorang putri bernama Dayang Sumbi. Ketika ketika Dayang Sumbi sedang menenun, tiba-tiba pintalan benangnya terjatuh, lalu ia pun berkata “Siapa pun yang dapat mengambil benang ini, jika ia perempuan akan kujadikan saudara, sedangkan jika ia laki-laki akan kujadikan suami”. Tak lama kemudian seekor anjing bernama Tumang mengambilkan pintalan benang. Dayang Sumbi teringat akan ucapannya, dan ia takut jika ia tidak menepatinya, para dewa akan marah dan menghukumnya, akhirnya ia pun menikah dengan Tumang yang ternyata seorang titisan Dewa. Akhirnya Dayang Sumbi mengandung anak Tumang dan sembilan bulan kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang.

Sangkuring senang sekali berburu dan selalu ditemani oleh anjing yang sebenarnya merupakan ayah kandungnya. Suatu hari, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang berburu untuk mencari hati seekor kijang. Setelah seharian berburu tidak mendapatkan hasil, akhirnya Sangkuriang memanah Tumang dan hati anjing tersebut diambil dan diberikan kepada Dayang Sumbi sebagai pengganti hati kijang. Dayang Sumbi terkejut karena hati yang diberikan kepadanya adalah hari seekor anjing, akhirnya Sangkuring menceritakan kepada Dayang Sumbi kejadian di hutan, bahwa ia telah membunuh dan mengambil hati Tumang. Alangkah terkejut dan marahnya Dayang Sumbi setelah mendengar cerita ini, akhirnya Dayang Sumbi memukul kepala Sangkuring dengan gayung sehingga menimbulkan bekas luka di kepalanya. Sangkuriang akhirnya pun pergi meninggalkan istana.

Dayang Sumbi tidak mengira bahwa Sangkuriang akan pergi meninggalkannya, akhirnya ia pun melakukan pertapaan dan para Dewa memberinya kecantikan yang abadi, tampak selalu muda. Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan tampan jatuh cinta dengan gadis yang sangat cantik, yang tak lain adalah ibundanya sendiri.

Suatu hari ketika Sangkuriang berniat untuk pergi berburu, Dayang Sumbi membantu calon suaminya untuk mengenakan ikat kepala. Betapa terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala Sangkuriang, tiba-tiba ia teringat akan anak kandungnya yang pergi meninggalkan istana. Dayang Sumbi berusaha untuk menggagalkan acata pernikahannya, lalu ia mengajukan dua syarat yang sangat sulit, membendung sungai Citarum dan membuat sampan yang besar untuk menyebrangi sungai, sebelum fajar terbit.

Dengan kesaktiannya, Sangkuriang minta bantuan dari makhluk gaib. Sebelum fajar menyingsing, pekerjaan Sangkuriang sudah hampir selesai, akhirnya Dayang Sumbi bertapa dan memohon pertolongan para Dewa agar fajar datang lebih cepat dan permohonannya dikabulkan. Sangkuriang sangat gusar, akhirnya ia menjebol bendungan yang sudah hampir selesai sehingga terjadi banjir besar dan perahu besar yang sudah jadi pun ditendang, sehingga terlempar jauh dan terbalik. Perahu yang terbalik itu lama kelamaan menjadi sebuah gunung, yang diberi nama Tangkuban Perahu yang berarti perahu yang terbalik.

Thanks kepada Zeverina dan KoKiers yang telah meluangkan waktu untuk membaca artikelku. Salam maniez buat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar